[Opini] Mengapa Headset Bluetooth Dianggap Kurang Bagus dari Headset Berkabel
Headset Bluetooth – Di zaman sekarang ini, apa-apa yang bisa dibuat wireless akan dibuatkan versi wireless. Kita sebut saja mulai dari mouse, keyboard, speaker, dan bahkan headset sekali pun. Tidak jarang juga kalau printilan versi wireless ini sudah bisa menyaingi secara kualitas namun tetap punya drawback atau kelemahannya sendiri.
Terutama kalau kita bahas mengenai headset nirkabel yang belakangan ini tengah naik daun. Seiring dengan lumrahnya gawai pintar, pengguna juga merambah ke headset wireless lewat munculnya TWS yang mungil-mungil itu, otomatis peran Bluetooth sangatlah penting sebagai jalur koneksi ke smartphone masa kini.
Daftar isi
Headset Bluetooth, Teknologi Ajaib yang Bawa Masalah Baru
Walau memang tidak bisa dibantah kalau teknologi Bluetooth ini adalah hampir sebuah keajaiban dalam perkembangan teknologi nirkabel. Nyatanya dalam eksekusi di dunia nyata terkadang memicu berbagai masalah yang selama ini tidak pernah hadir di headset berkabel.
Banyak yang mengeluhkan kalau masalah delay akan tetap signifikan jika dibandingkan dengan headset berkabel yang pada hakekatnya tidak ada delay sama sekali. Lalu muncullah sebuah konsensus kalau headset wireless seperti TWS itu tidak cocok digunakan untuk menonton film atau bermain game, yang mana sampai detik ini masih benar adanya.
Soal kualitas suara sekalipun, tidak sedikit wireless headset yang memang terasa lebih inferior dibanding headset berkabel. Setidaknya dengan harga yang serupa, kita sudah bisa mendapatkan kualitas audio yang baik kalau menggunakan headset wired. Tapi pertanyaan terbesarnya, kenapa hal ini terjadi demikian?
Apakah headset Bluetooth akan selalu menjadi barang yang lebih buruk dan sudah tidak ada waktu lagi untuk ‘taubat’? Penulis sih masih optimis untuk hal ini dan artikel kali ini akan sedikit membahas soal mengapa hal ini bisa terjadi.
1. Dari Bobot Hingga Codec Bluetooth Pun Berpengaruh
Padahal kalau kita pikir-pikir, headset wireless itu adalah sebuah teknologi masa depan yang sangat memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi penggunanya. Kita tidak perlu lagi harus merapikan kabel yang kusut, tidak perlu lagi terhalang oleh panjang kabel yang terbatas, sehingga kita bisa bebas bergerak asal masih dalam jangkauan jaringan nirkabel Bluetooth.
Hanya saja dengan begitu akan membawa masalah baru lainnya. Headset akan jadi lebih berat karena tambahan komponen baterai. Belum lagi karena itu kita harus sering melakukan pengecasan dan tidak plug & play seperti headset berkabel.
Soal suara sendiri sangat bergantung dari transmisi yang dihadirkan oleh codec Bluetooth-nya. Karena sekarang ini teknologi codec pada Bluetooth saja sudah bermacam-macam dan tidak semuanya diciptakan setara. Kalian mungkin mengenal SBC, AAC, aptX, aptX HD, dan LDAC yang baru-baru ini hadir. Menurut para manufaktur, semakin bagus codec yang bisa digunakan akan membuat suara yang dihasilkan sang headset jadi lebih bagus.
Singkatnya begini, sebuah file lagu mempunyai sejumlah data yang berisi informasi dari lagu tersebut mulai dari suara low, mid, dan high yang kemudian menjadi satu kesatuan lagu. Biasanya sebuah lagu di-mix dalam jarak frekuensi pendengaran manusia yaitu 20 hingga 20 ribu Hz.
Karena teknologi Bluetooth itu sangat mementingkan konsumsi daya yang kecil maka tidak banyak transmisi data yang bisa dilakukan dalam satu waktu. Otomatis yang perlu dilakukan oleh codec adalah mengkompres data di lagu tersebut agar bisa didengarkan secara mulus. Kelemahannya apa, ada bagian dari lagu tersebut yang hilang karena pengaruh kompresi.
Hanya saja soal apakah kompresi data ini benar terasa oleh pengguna itu masih diperdebatkan hingga saat ini di komunitas audio. Hingga muncullah perdebatan yang bersifat subyektif karena pendengaran dan kemanjaan kuping tiap orang berbeda-beda. Tapi, beberapa audiophile memang menganggap kalau ada detail yang hilang dari headset Bluetooth.
2. Baterai dan Masalah Keawetan
Itu baru membahas soal suara, kita belum masuk ke durabilitas headset itu sendiri. Dalam penggunaan jangka panjang, kita tentu tahu kalau baterai ada masa pakainya dan perlu diganti setelah beberapa tahun. Mengerikannya adalah terkadang hampir mustahil untuk mengganti baterai tersebut karena desain yang unibody atau disegel dengan lem super kuat.
Alhasil kalau sewaktu-waktu rusak, mau tidak mau kita harus membeli baru karena headset wireless seperti Apple Airpods misalnya memang tidak disarankan untuk diganti baterai dan langsung tukar unit baru. Hal ini selain menambah limbah elektronik tentu juga membuat pengguna harus menggelontorkan uang yang tidak sedikit untuk membeli unit baru.
3. Latency yang Kurangi Kenyamanan
Kalau soal latency sejatinya untuk pengguna awam yang memang tidak bermain game dan hanya sekadar mendengarkan lagu saja, itu tidak menjadi persoalan yang berarti namun, dibagian ini juga dijadikan salah satu kelemahan dari wireless headset yang sudah ada sejak awal.
Walau tidak menutup kemungkinan nantinya bakal ada perubahan, untuk saat ini masih jauh dari kata no delay meski kita membeli headset Bluetooth harga jutaan sekalipun.
Jadi itulah pembahasan kenapa headset Bluetooth selalu dianggap lebih inferior dibanding headset berkabel. Apakah kalian lebih pro terhadap wireless atau kabel?
Baca juga informasi menarik Gamebrott lainnya terkait Tech atau artikel lainnya dari Andi. For further information and other inquiries, you can contact us via author.